08+02:0002+02:0005b+02:00Sel, 08 Mei 2007 13:40:02 +0200 30, 2007

Cikor Kunam ?!

Posted in Renungan pada 2:33 pm05 oleh iwan

Pak Maman pun mematikan rokok lintingannya ketika medengar seruan dari anaknya si jajang. Dia hari itu janji untuk ngajak Jajang pergi ke kampung yang bertetanggaan dengan kampung mereka. Mereka membawa kendaraan sebuah anak kuda yang mulai agak dewasa.

Si Jajang karena menghormati sang ayah, ia mempersilahkannya untuk duduk di atas kuda sementara ia menuntunnya. Baru beberapa langkah ia ketemu seorang anak muda, anak muda tersebut berkata: Dasar orang tua gak tahu malu membiarkan anak kecilnya jalan sementara ia enak-enakan naik kuda. Kata-kata anak muda tersebut kedengaran oleh mereka, sang ayahpun turun dan menyuruh anaknya untuk naik keatas kuda.
Merekpun meneruskan perjalanannya. Belum sampai 27 meter mereka bertemu dengan seorang kakek, kakek melihat pemandangan itu merasa risih lalu bergumam: Kok bisa seorang anak enak-enakan duduk sementara orang tuanya berjalan, dasar anak durhaka. Mendengar itu si Jajang merasa gak enak, akhirnya ia pun turun. Mereka akhirnya berunding dan sepekat keduanya untuk menunggangi kuda bersamaan.
Mereka hampir sampai ke tujuan, karena perjalanan tidak begitu jauh hanya 200 meter. Secara tiba-tiba mereka mendengar seruan: hai! Apakah kalian gak kasian dengan kuda itu, lihat kuda itu keberatan kata seorang ibu yang lagi menjemur pakaian. Mereka pun terperanjak dan pak Maman langsung turun karena kasihan sama kuda satu-satunya itu, Jajang pun ikut turun. Untuk beberapa saat mereka terdiam kebingungan. Sudah pak kita jalan kaki aja, seru si Jajang. Ya sudah kita jalan kaki saja.
Mereka pun dengan perasaan yang tenang meneruskan perjalanannya yang hanya tinggal 30 meter lagi. Mereka kira sudah melakukan hal yang benar dan tidak ada akan ada lagi yang memprotesnya. Karena ketika mereka berpapasan dengan seseorang ia terdiam saja, wah selamat! Kata pak Maman. Eh… tidak tahunya dari belakang orang itu berkata kepada temannya: lihat dasar orang kikir, ada kuda masih saja jalan kaki.
Pak Maman sama si Jajang pun termenung dan tidak bisa berbuat apa-apa, kebingungan dan pasrah sambil merintih: OH TUHAN CIKOR KUNAM ? (kata Jajang yang kebetulan bisa sedikit bahasa Persia.).
Saya tidak bisa melanjutkan tulisan ini karena saya tidak mampu mejawab pertanyaan Jajang tersebut, saya juga (seperti mereka) kebingungan. Saya hanya bisa menuliskan buat anda satu pepatah yang selalu dilontarkan oleh ayah saya buat semua anak-anaknya : ‘Hati-hatilah dalam menjalani hidup karena manusia tidak selamanya hidup sepaham’

9 Komentar »

  1. infosyiah said,

    Salam,
    Wah jarang main ke sini, sudah ramai tulisannya…
    Begitu dong, hehe…
    selamat menulis terus

  2. azzahra said,

    bale cikor kunam dighe hehehe…59x

  3. Nami dunam boyad cikor kuni…(kutak tahu apa yang harus kulakukan?)
    Abdi ngaraos mending teras ngeblog bae Kang…
    Leres teu Kang?

  4. azzahra said,

    zandaghi dighe. kadang kita sera salah kalo mau ikut selera semua orang. berbuatlah yang terbaik menurut kita. leureus?

  5. azzahra said,

    serba

  6. Aduh ternyata bahasa Sundana salah, sanes leres tapi Leureus nya…maklum suami tidak bisa Sunda apalagi anak, ya sudah jadinya begini…tapi abdi teuteup keudah ngajagi bahasa abdi sebagai bahasa ibu…kumaha?

  7. azzahra said,

    leureus pisan. menurut pribahasa arab mah: lisan (bahasa ) itu menunjukan (kepribadian) insan. janteun upami bahasana seueur berarti kepribadianna oge seueur hehehe…

  8. Wah, seueur kapribadianna? Tapi sanes sapertos bunglon khan?

  9. azzahra said,

    kadang setiap kaum gaduh adat atanapi kepribadian sendiri2, urang kadang dituntut kedah adaptasi sareung ngigeulan adatna


Tinggalkan komentar